Kemilau Nusantara Bercerita: Desa Ramea

Kemilau Nusantara adalah anak-anak bangsa yang memiliki cita-cita memberikan sumbangsih membangun bangsa. Kami adalah penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) dari Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) angkatan Persiapan Keberangkatan (PK) ke 40. Salah satu bentuk konkrit kami dalam memberikan sumbangsih membangun bangsa adalah dengan berkontribusi dalam proyek besar pengembangan masyarakat, Menyapa Indonesia.

Kita mengenal dengan sebutan 3T untuk wilayah-wilayah yang dikategorikan sebagai wilayah Terluar, Terpencil, dan Tertinggal. Pengalaman kami dalam survey kedua ke Desa Ramea, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, membuat kami menyadari bahwa Desa ini memang tidak termasuk dalam golongan 3T, namun malah seperti membuat golongan sendiri. Yakni golongan 6T: Tidak Terluar, Tidak Terpencil, Tapi Tertinggal.

Ironis, jaraknya tidak sampai 120 km dari pusat provinsi Banten yang memiliki banyak mal, pusat perbelanjaan modern dimana kelas menengah keatas menghabiskan waktu dan uangnya. Kondisi desa Ramea dan hingar bingarnya pusat provinsi Banten, mencerminkan betapa kesenjangan di masyarakat tidak mengenal jarak geografis.

Untuk menjangkau Desa Ramea, khususnya Kampung Turalak, dibutuhkan waktu hampir dua jam dari ujung jalan beraspal. Padahal, jaraknya kurang lebih hanya 3 km. Dapat dibayangkan bagaimana medan yang harus dilalui sehingga waktu tempuh yang dibutuhkan mencapai hampir dua jam.

Sebagian besar penduduk Desa Rame masih tergolong dalam keluarga prasejahtera.  Di desa yang dihuni sekitar 85 keluarga ini 60 persen warganya mengenyam pendidikan hanya sampai di bangku Sekolah Dasar. Hanya 0.3 persen dari mereka yang dapat melanjutkan sekolah hingga tingkat sarjana.

Jika ditinjau lebih dalam, sebenarnya Ramea memiliki banyak potensi terutama di bidang pertanian. Hanya saja pengelolaan dan pemanfaatan potensi yang sudah ada belum maksimal karena sistem yang dikembangkan di desa tersebut masih konvensional.

Berbagai hambatan di bidang pertanian pun turut andil, seperti masalah kemandirian bibit yang kurang memadai sehingga masyarakat harus membeli dari luar desa, serta limbah komoditas utama yang sebenarnya memiliki potensi ekonomi namun belum dimanfaatkan dengan baik, misalnya limbah kulit melinjo.

Keterbatasan pengetahuan dan informasi terkait teknologi pertanian ini berakibat pada minimnya pengembangan komoditas, padahal jika dikelola dengan baik dan bijak, sektor pertanian dapat membantu perekonomian masyarakat Desa Ramea.

Sebagian besar penduduk Desa Ramea bekerja sebagai petani. Karena itu, kunjungan kedua yang telah dilaksanakan, semakin memantapkan kami untuk membangun perekonomian Desa Ramea melalui sektor pertanian.

Petani Sejahtera (PeSat) adalah program yang kami rancang dalam rangka meningkatkan taraf ekonomi desa Ramea. Program tersebut didukung dengan beberapa tools untuk mencapai target peningkatan ekonomi.

Tools yang pertama adalah pembuatan bank bibit dan fasilitas pembibitan berbagai tanaman kayu dan sayuran. Dengan adanya bank bibit, masyarakat dapat menjadi mandiri dalam hal ketersediaan bibit dan kebutuhan pangan sehari-hari.

Agar dapat meningkatkan ekonomi secara keseluruhan, tools berikutnya adalah pelatihan pengolahan kulit melinjo dan pembuatan alat pengering sederhana yang bertujuan untuk peningkatan nilai ekonomi tanaman melinjo baik dari buah hingga limbahnya. Program ini bertujuan juga untuk memberi kesempatan bagi perempuan di Desa Ramea agar dapat mengaktualisasikan diri dan berkontribusi dalam peningkatan ekonomi.

Pelatihan ini akan disertai dengan penyuluhan manajemen keuangan dan koperasi yang bertujuan untuk mengembangkan sistem pengelolaan uang di daerah tersebut.

Selanjutnya, yang tidak kalah penting adalah penyediaan kendaraan logistik untuk memudahkan distribusi dan akses menuju pasar atau tempat penjualan guna memperlancar aktivitas pemasaran hasil pertanian. Dengan pembangunan yang dilakukan dari hulu ke hilir, diharapkan bahwa perekonomian Desa Ramea akan meningkat secara keseluruhan. Tiga tools diatas adalah hal-hal yang harus kami penuhi dalam rangka mewujudkan PeSat (Petani Sejahtera) untuk Desa Ramea.

Perjalanan kami pada hari itu ditutup dengan hujan deras, kami harus sangat berhati-hati karena jalanan berbatu, tanjakan dan turunan tajam, serta jalan yang kecil dengan jurang disisi kiri dan kanan. Kami berharap dengan program Menyapa Indonesia, khususnya dengan pembangunan ekonomi yang direncanakan oleh Kemilau Nusantara, Desa Ramea dapat benar-benar keluar dari kategori Tertinggal dan berganti jadi desa percontohan yang Terdepan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *