Kampung Gula Semut MI PK-47
Mengenal Plampang Lebih Dekat
Program Menyapa Indonesia (MI) Kampung Gula Semut (KGS) yang digagas oleh Dipta Kirana—angkatan ke-47 Persiapan Keberangkatan atau PK-47 Penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia Lembaga Pengelola Dana pendidikan—berlokasi di Dukuh Plampang I.
Dukuh ini berlokasi di Desa Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo. Letaknya tak terlampau jauh dengan Wates, pusat Kabupaten Kulon Progo, yakni sekitar 20 km dan sekitar 50 km dari Yogyakarta. Daerah tersebut berpotensi sebagai penghasil gula semut. Komoditas itu menjadi salah satu penyangga utama perekonomian setempat. Hal ini tercermin dari persentase penduduk yang 90% bermata pencaharian sebagai penyadap nira.
Kendati demikian, perekonomian Dukuh Plampang I tergolong paling buruk dibandingkan dengan dukuh lain di Desa Kalirejo. Sebagai informasi, penghasilan masyarakatnya berkisar antara Rp15.000,00 – Rp75.000,00 per hari. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kulon Progo tahun 2014 menunjukkan Kokap sebagai kecamatan paling tertinggal di kabupaten tersebut sedangkan Kulon Progo sendiri, masih menurut sumber yang sama, memiliki jumlah penduduk miskin terbesar di Pulau Jawa.
Menjadi Pejuang Kampung Gula Semut
Barangkali buat kita segelas teh atau kopi, dibanderol seharga Rp 30.000,00 hingga Rp 50.000,00 tak jadi soal. Asal tak minum tiap hari saja. Akan tetapi jika kita menjadi penduduk miskin di Plampang, setidaknya butuh 2-3 hari bekerja untuk membeli segelas minuman yang habis beberapa kali teguk itu.
Ada cerita tentang Dukuh Plampang I ini. Sebuah dukuh yang terletak di Desa Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penghasilan warganya, yang paling minim, hanya Rp 15.000,00 per hari. Padahal, boleh jadi gula semut, atau brown sugar, yang disematkan di piring tatakan gelas teh atau kopi mahal kita itu berasal dari Plampang. Ya, Plampang sesungguhnya memiliki potensi, salah satunya sebagai penghasil gula semut. Sangat disayangkan potensi ini belum dimanfaatkan secara maksimal.
Kawan, gula semut sudah wara-wiri di pasar internasional dan jadi komoditas ekspor yang super potensial. Inilah yang diangkat oleh Tim MI PK-47 melalui program Kampung Gula Semut, sebuah program yang singkat cerita ingin mengembangkan perekonomian masyarakat Plampang dengan gula semut sebagai komoditas.
Fungsi koperasi setempat juga diperkuat sebagai sentra usaha dan edukasi ekonomi secara simultan. Lalu apa yang kami lakukan? Pelaksanaan program ini dirancang selama rentang waktu 2 hingga 3 tahun dengan fokus setidaknya pada tiga hal.
- Pertama, peningkatan kualitas produksi gula semut berstandar ekspor, terutama dari segi higienitas dan standar organik untuk memenuhi persyaratan sertifikasi internasional.
- Kedua, menciptakan koperasi sebagai sentra usaha dan edukasi ekonomi setempat.
- Ketiga, pengemasan kreatif dan perluasan akses pasar sesuai dengan analisis dan strategi rencana bisnis.
Pada akhirnya, langkah-langkah tersebut akan meningkatkan perekonomian warga Dukuh Plampang I. Program Kampung Gula Semut sudah diluncurkan pada 19 Desember 2015. Para Pejuang Gula Semut kini tengah merancang berbagai program turunan untuk merealisasikan ketiga fokus tadi.